• SMAN 7 Kota Bandung
Menghadapi Era Digital

GLOBAL village, istilah yang diciptakan Marshal McLuhan untuk menggambarkan bahwa dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dunia seolah mengecil menjadi sebuah desa global, tampaknya kini sudah tidak relevan lagi. 

Untuk menjelaskan hal tersebut, penulis perlu mengutip pendapat Thomas L Friedman dalam The World is Flat  yang membagi globalisasi ke dalam tiga tahapan, yaitu globalisasi 1.0, globalisasi 2.0, dan globalisasi 3.0. Pembabakan ini didasarkan pada jenis teknologi apa yang memengaruhi dan menggerakkan kehidupan manusia pada masa itu.  

Pada globalisasi 1.0, teknologi yang ada menggunakan tenaga kuda, tenaga uap, tenaga angin, tenaga air, dan seterusnya. Aktor utama pada masa ini adalah negara, yaitu bagaimana negara-negara yang ada menembus batas dinding mereka masing-masing untuk saling menjalin kerja sama dengan negara lain demi memenuhi kebutuhan hidup.  anim id est laborum.

Lalu pada masa globalisasi 2.0 dimulai pada abad ke-18 dengan adanya Revolusi Industri, teknologi yang berkembang adalah teknologi mesin. Aktor utama proses penyatuan global pada masa ini adalah perusahaan-perusahaan multinasional yang menyusutkan dunia dari ukuran sedang menjadi berukuran kecil. 

Lalu pada sekitar tahun 2000 kita memasuki masa globalisasi 3.0 yang di dalamnya kehidupan manusia diwarnai penggunaan teknologi digital. Pada masa ini dunia menyusut dari ukuran kecil menjadi ukuran sangat kecil. Aktor utama pada masa ini adalah individu-individu dan kelompok-kelompok kecil terkonvergensi dengan internet dan saling terhubung di dunia digital. Pada era ini setiap individu bisa dengan mudah memperoleh informasi sekaligus juga dapat menjadi narasumber melalui jaringan internet. Setiap individu bisa dengan lebih mudah tampil ke publik.  

Karena itu, dengan menggunakan perspektif McLuhan dan Friedman di atas, penulis menyimpulkan bahwa kita sekarang telah masuk ke sebuah global home yang lebih kecil lagi dari pada global village. Masa yang di dalamnya kita semua bisa saling berkomunikasi layaknya sebuah keluarga dalam satu rumah kecil, padahal kita tidak saling kenal sebelumnya bahkan berjauhan, baik ruang dan waktu.  

Dengan penjelasan di atas, tampak secara nyata bahwa teknologi membawa dampak signifikan bagi arah dan laju kehidupan manusia. Pada era digital, kehidupan manusia di­warnai dengan berbagai ke­mudahan. Hal-hal terlihat sulit bahkan mungkin mustahil di­lakukan pada masa sebe­lum­nya, kini menjadi nyata. Kemudahan-kemudahan yang ada berkat teknologi digital ini telah memengaruhi perilaku manusia. Manusia akan sangat terlihat sibuk dengan smart­phonenya karena hampir semua urusan kehidupannya dibantu dengan gadget. 

Lebih jauh, pengaruh yang diberikan teknologi digital tidak hanya sebatas mempermudah aktivitas manusia, tapi juga memengaruhi pola pikir (mindset) manusia yang kini lebih cenderung bercorak personal sentris. Namun dalam skala makro, personalisasi ini tidak menunjukkan perilaku antisosial, justru sebaliknya, terbentuklah sosialitas baru. 

Hal ini selaras dengan pandangan Manuel Castells yang dalam artikel The Impact of the Internet on Society: A Global Perspective menggambarkan adanya peningkatan hubungan antara penggunaan internet dengan bangkitnya social autonomy. Semakin sosial seseorang, semakin mereka menggunakan internet dan semakin mereka menggunakan internet, semakin meningkat sosialitas mereka secara online  dan offline

selengkapnya

https://nasional.sindonews.com/read/1234725/18/menghadapi-era-digital-1503955719

TULISAN TERKAIT